double income

supermom

Sabtu, 13 Juni 2009

ANALISIS TEKNIS AGRONOMI UNTUK MENCAPAI PRODUKTIVITAS OPTIMAL PADA TANAMAN TEBU RATOON

ANALISIS TEKNIS AGRONOMI UNTUK MENCAPAI PRODUKTIVITAS OPTIMAL PADA TANAMAN TEBU RATOON

Oleh

Memet Hakim1) & Yuyun Yuariah2)


ABSTRACT

Cane yield decline in successive ratoon is ordinary symptom in most sugarcane plantation, due to many reason especially the old paradigm i.e. ratoon cane is the residue of plant cane, so there are neglecting of maintenance such as supplying, fertilizing, irrigation, weed & pest control, etc. Sugarcane with ratoon is perennial plant, attributable by ratoon age reason (generally 4-5 year). Ratoon cane have a high yield prospect, if all agronomical technique maintained as well as best practice management done. Supplying and stubble shaving take an important role to make better population of cane. Fertilizing, weed & pest control and irrigation have a major effect in growth development of sugarcane plant to better escalation of cane yield. By using at right dosage phytohormon such as auxin, GA, cytokinin etc, tillering capacity and growing rate will be higher, but over dosage will make retarded.

SOLUSI ATAS KEKURANGAN TENAGA TEBANG TEBU

Grup riset ETCAS, Bandung, Mei 2009

Setiap ada kesulitan tentu ada kemudahan, itulah sepenggal ayat al Quran yang sering kita dengar. Sudah barang tentu Allah tidak akan kesulitan tanpa ada pemecahannya. Setiap tahun 4-5 bulan menjelang musim giling tiba, dipabrik gula sudah mulai dibahas tentang “pengadaan” tenaga penebang ini. Mereka sudah mulai sosialisasi kedaerah binaan mereka selama ini agar tenaga tebang yang selama inbi bekerja di PG mereka tidak pindah ke PG yang lain.

Kegiatan ini berjalan setiap tahun, segera setelah musim giling selesai agar pada saat musim giling tiba mereka tidak mendapat kesulitan mendapatkan tenaga tebang, namun kondisi seperti ini semakin sulit karena mencadi tenaga tebang bukanlah “pekerjaan pilihan”, mereka akan bekerja disektor lain yang lebih baik penghasilannya. Saat ini ada PG di Jawa Tengah mencari ke Jawa Barat bahkan sampai Jawa Timur, dari Jawa Barat mencari sampai Jawa Tengah, Lampung juga mencari dari Jawa Barat sampai Jawa Timur. Sumatera Utara sangat sulit mencari tenaga tebang ini, begitu juga di Gorontalo dan Sulawesi Selatan.

Mengingat kesulitan mencari tenaga tebang diatas, grup riset di ETCAS mencoba menghubungi beberapa produsen di China yang menjual alat tebang (cane harvester) yang portable namun berdaya tahan cukup lama. Jenis alat ini dicoba didatangkan dan dichek cara kerjanya dilapangan ternyata hasilnya sangat menggembirakan, kesimpulan sbb.:

1. Alat ini sangat ringan, dapat dioperasikan oleh wanita sekalipun

2. Produktivitasnya sangat baik, dengan sekitar 20 jam kerja mesin atau eqivalen dengan 4 mesin tebang/ha/hari pada kondisi tanaman tebu normal (tegak dan bersih).

3. Lahan yang ditebang dengan menggunakan “cane Cutter” tidak perlu di “kepras” lagi karena sisa batang atau sisa tunggulnya sudah sama dengan permukaan tanah.

4. Setiap alat dapat menggantikan tenaga kerja sebanyak 10 orang, jadi jika afdeling luasnya sekitar 400 ha artinya rata 2.2 ha harus ditebang setiap harinya. Dengan asumsi produktivitas tebu 70 ton/ha, diperlukan tenaga kerja sebanyak 70 HKO/ha atau 154 orang tenaga kerja. Dengan bantuan alat ini sebanyak 9 unit, cukup sekitar 30 HKO/ha atau 66 tenaga kerja seharinya.

5. Harganya sangat ringan, hanya sekitar upah tenaga kerja lepas selama 120 hari atau eqivalen dengan upah selama 3 bulan tenaga lepas.

6. Menurut pabriknya alat ini tahan sampai 5 tahun, namun dengan perhitungan penyusutan 1 tahun (dihitung 180 hari) ternyata masih lebih murah dari pada upah harian tenaga lepas.

7. Alat ini dapat juga digunakan untuk memperbaiki mutu keprasan yang meninggalkan sisa batang tebu diatas tanah atau dapat “mencukur” sisa tebangan dengan baik dan cepat ( sktr 10 jam kerja mesin/ha). Dengan keprasan yang baik pertumbuhan tunas (tillering capacity) akan meningkat. Diharapkan produktivitas tebu akan meningkat minimal 5 %.

8. Dengan alat ini tebu yang umumnya tertinggal dilapangan dalam bentuk sisa tebangan (tunggul) dapat ditekan, karena batang bawah yang mempunyai rendemen lebih tinggi dapat dipotong dengan mudah. Dari tebangan ini sekitar 5 % produksi tebu dapat dihemat.

9. Jadi keunggulan alat ini dapat meningkatkan produktivitas sbb. :

a. Menekan lose cane yang rendemennya paling tinggi sebanyak 5 %, karena sisa batang sangat minim.

b. Meningkatkan “tillering capacity” akibat perbaikan kondisi tanaman yang ditebang, sehingga produktivitasnya dapat meningkat sebanyak 5 %.

c. Total peningkatan produktivitas akibat penggunaan alat ini minimal 10 %.

10. Akan dikenalkan pula alat klentek atau pembersih batang tebu dari trash (termasuk pucuk), sehingga diharapkan pendapatan tenaga kerja yang membersihkan serta mengikat tebu akan semakin baik dengan meningkatnya produktivitas kerja.

100_2978.JPG100_3017.JPGImage(038).jpgImage(033).jpgMudah mudahan hasil grup riset tersebut dapat membantu kesulitan tenaga kerja pada musim giling yad.

Hasil Uji Coba di Lembang, PG Bunga Mayang dan PG Subang

Alat Klentek

Contact Person : Ika Yani SP : 081322481491

TO OBTAIN THE MAXIMAL YIELD BY USING N FERTILIZER IN SUGARCANE

TO OBTAIN THE MAXIMAL YIELD

BY USING N FERTILIZER IN SUGARCANE

PEMUPUKAN N PADA TANAMAN TEBU UNTUK MENCAPAI HASIL OPTIMIUM

Memet Hakim1) & Sulya Djakasutami2)

1) PhD student, Agric. Faculty, University of Padjadjaran, Indonesia

2) Profesor, Lecture, Member of PhD Promotor

ABSTRACT

Nitrogen is one of the three mayor element have an important role in vegetative growth such as stalk, leaves, internode and tillering. The dosage very depend on soil fertility, organik content, clay and sandy soil, cation exchange capacity and the total of biomass production. Deficiency and excess of nitrogen caused a negative effect on vegetative growth, qualiy and its production. Eficiency of nitrogen absoption depend of frequency, method and time of fertilizer aplication. Foliar analysis, soil analysis and field experiment were basic of diagnosis and recommendation integrated system on best managenet practice.

1. PENDAHULUAN

Masalah dosis yang tepat per satuan luas, bagaimana caranya memupuk, berapa frekuensi aplikasi dan jenis apa yang paling efisien akan berbeda disetiap tempat, karena adanya perbedaan jenis tanah, kandungan hara dalam tanah, iklim mikro, dll. merupakan masalah krusial saat ini. Pemberian pupuk nitrogen sangat menentukan pertumbuhan tanaman. Indikatornya terlihat jelas pada ukuran daun, tinggi batang, luas permukaan daun dan jumlah tunas. Kekurangan unsur ini membuat pertumbuhan tanaman merana, ukuran daun mengecil, kurus dan berwarna kekuningan.

Makalah ini diharapkan ini dapat membahas bagaimana mendapatkan dosis optimum untuk tanaman tebu pada satuan lahan yang dianggap homogen dan bagaimana menggunakannya dalam proses “diagnosis and recommendation integrated system” (DRIS).

2. KAJIAN PUSTAKA

Tanaman tebu bukan lagi merupakan tanaman semusim karena dipelihara ratoonnya, sehingga menjadi lebih dari 4 tahun umurnya. Perlakuan dan pemikiran terhadap tanaman ini harus bersifat jangka menengah dan jangka panjang. Pemikiran dan perlakuan jangka pendek seperti pada pola tanaman semusim perlu diperbaiki.

Analisa Daun sangat bermanfaat dalam ”memotret” kondisi tanaman pada masa pertumbuhan. Analisa daun ini efektif dan efisien khususnya dalam menetapkan jumlah pupuk yang nilainya sangat besar. Untuk itu diperlukan perubahan paradigma dalam mengelola tanaman tebu. Standar kandungan hara rupanya tidak selalu sama disetiap daerah, seperti contohnya pada tabel dibawah ini, sebagai berikut :

Tabel 1 : Standar Kandungan Hara pada Daun Tebu di India

Kriteria

Kandungan Unsur Hara

N

P

K

Mg

Fe

+

Baik

-

2.00

0.12

2.30

0.12

0.30

+

Medium

-

1.70

0.10

2.20

0.10

0.25

+

Kurang

-

1.40

0.08

2.10

0.80

0.20

Sumber : Diolah dari Sundara, B, 1998.

Di Australia presentase nitrogen hampir sama , tapi berbeda untuk unsur yang lain yakni N : 1.80; P: 0.22-0.30; K : 1.00-1.60 % ( Anderson and Bowen, 1990 )

Hasil analisa daun terutama pada 3 major elemen (unsur N,P,K) harus di cross check dengan “gejala defisiensi“ pada pemeriksaan visual dilapangan sebagai hasil akhir atau respon tanaman terhadap perlakuan yang terlihat oleh mata, sehingga jika terdapat kesalahan dalam proses analisa daun akan terlihat.

Peran unsur nitrogen, sebagai unsur utama adalah (a) meningkatkan produksi dan kwalitasnya, (b) untuk pertumbuhan vegetative (pertumbuhan tunas, daun, batang), (c) Pertumbuhan vegetative berarti mempengaruhi produktivitas.

Sumber : Anderson

& Bowen, 1990

Sumber : Potash Corp, 2008

Sumber : Memet Hakim, 2009

Gambar 1: Gejala defisiensi nitrogen

Gejala Defisiensi unsur hara ini antara lain (a) daun berwarna kuning pucat, (b) ruas lebih pendek, (c) pertumbuhan daun semakin lambat, (d) batang lebih pendek dan kurus,(e) akar lebih panjang, tapi lebih kecil, (f) jika defisiensi berkelanjutan, ujung daun dan daun yang terbawah menjadi nekrosis.

: Waktu Pemupukan Ideal

Sumber : Memet Hakim, 2008

Keterangan : Waktu pemupukan


Gambar 2 : Skema Waktu Pemupukan

Analisa tanah sebagai alat kontrol umumnya tidak dapat diandalkan karena N tersedia dapat berubah dengan cepat akibat berubahnya iklim (temperatur, hujan) dan faktor manajemen tanaman. Kehilangan nitrogen dapat dikurangi dengan memperbanyak frekuensi aplikasi pemupukan. Gejala yang terlihat perlu segara dikoreksi dengan penambahan dosis pupuk korektif.

Seberapa banyak gejala ini diketemukan dilapangan dibandingkan dengan hasil analisa daun, menentukan dosis korektif, karena ada saja kemungkinan hasil analisa daun dilaboratorium tidak sama dengan pengamatan visual.

3. PEMBAHASAN

Tanah yang gembur memungkinkan udara masuk ke dalam ruangan-ruangan yang terbentuk, demikian juga air akan tertahan dalam ruangan tersebut. Ujung akar akan mudah tumbuh pada kondisi demikian. Bulu akar adalah organ terdepan tanaman yang menyerap unsur hara dan air di dalam tanah. Jumlah bulu akar ini sangat dipengaruhi antara lain oleh (a) jumlah akar yang tumbuh,(b) diameter akar, (c) diameter batang,(d) Panjang akar. Jadi semakin banyak jumlah bulu akar, akan semakin tinggi kemampuan akar dalam menyerap tanaman.

Ditanah yang subur pelapukan bahan organik akan terus terjadi secara berkelanjutan, sehingga kebutuhan nitrogen mudah dipenuhi. Berbeda pada tanah berpasir atau tanah miskin bahan organik, tanpa penambahan pupuk organik akan sulit menahan dan melepaskan N tanah. Itulah sebabnya pada tanah yang demikian perlu penambahan frekuensi pemupukan nitrogen dan perlu pemberian pupuk organik.

Perpaduan analisa daun dan analisa tanah yang didukung oleh percobaan lapangan, merupakan dasar pembuatan rekomendasi pemupukan. Cara ini disebut dengan ” diagnosis and recommendation integrated system (DRIS). Selanjutnya praktek ”best management practice (BMP)” yang memadukan semua unsur agronomis praktis untuk mencapai produktivitas optimum.

4. SIMPULAN

Nitrogen merupakan salah satu dari unsur utama (major element) yang sangat diperlukan oleh tanaman tebu untuk pertumbuhan vegetatif (tunas, batang dan daun) dan meningkatkan produksi dan kwalitasnya.

Kekurangan nitrogen dapat menyebabkan pertumbuhan tanaman terhambat seperti pertumbuhan batang, daun mengecil. Gejalanya terlihat dari warna daun yang pucat kekuningan, ruas batang lebih pendek, lilit batang makin kecil, pertumbuhan akar terganggu sampai menjadi nekrotik apabila defisiensi berkelanjutan. Namun kelebihan nitrogen dapat menyebabkan keracunan, memperpanjang pertumbuhan vegetatif , memperlambat kemasakan, mengurangi kadar gula, mudah roboh dan lebih peka terhadap hama dan penyakit.

Untuk meningkatkan efisiensi penyerapan nitrogen, perlu diperhatikan dosis, frekuensi, cara dan waktu aplikasi. Pencampuran dengan zeolite dapat meningkatkan “kapasitas tukar kation” (KTK) tanah. Demikian juga pemberian pupuk organik secara bersamaan dapat menghasilkan sinergi positip. Analisa daun, analisa tanah dan percobaan dilapangan merupakan dasar perhitungan “diagnosis and recommendation integrated system” agar pertumbuhan dan produktivitas optimium dapat dicapai.