double income

supermom

Rabu, 29 Juni 2011

Demi Keadilan, Kalkulasi Ulang Komposisi Bagi Hasil Petani


Berkembangnya industri gula nasional sangat tergantung pada harga, dengan ditetapkannya harga dasar gula menjadi Rp 7.000/kg, dari harga pokoknya Rp Rp 6.891, tentu bisnis usaha tani tebu semakin tidak menarik. Dengan harga dibawah Rp 7.500 (Kompas, 06.06.2011) petani tentu enggan bertanam tebu, apalagi dengan sistim bagi hasil yang lebih menguntungkan pabrikan.

Hambatan lainnya adalah komposisi bagi hasil, yang ternyata setelah dihitung ulang dengan berbagai simulasi ada ketimpangan, sehingga berat sebelah. Pihak petani lebih banyak dirugikan dalam hal ini, maka dari itu kami menguraikan berbagai simulasi tersebut sehingga diharapkan terjadi negosiasi ulang antara pihak petani dan pabrik gula. Idealnya komposisi bagi hasil menjadi 80 % untuk petani dan 20 % untuk pabrik gula, sehingga kedua belah pihak akan merasa terkait untuk sama-sama memperbaiki produktivitas dan harga jual gula.

Dengan komposisi bagi hasil seperti saat ini yakni 66 % bagi petani dan 34 % bagi pabrik gula, terlihat tidak adil. Petani harus menjaga tanamannya selama 12 bulan, dengan berbagai resiko alam seperti iklim kemudian pembiayaan yang sering tidak jelas realisasi pencairan kreditnya, kebakaran, angkutan, dll hanya mendapatkankan bagian sebesar 66 %, sedang pabrik yang hanya mengolah tebu dimana proses tebu jadi gula hanya memerlukan waktu maksimal 24 jam mendapatkan 34 % nya. Uraian dalam bentuk simulasi akan mempermudah semua pihak menilai kembali komposisi bagi hasil tersebut.

Perhitungan Biaya dan Pendapatan usaha tani Tebu digambarkan pada table dibawah ini telah berikut biaya umum yang selama ini biasanya tidak diperhitungkan oleh petani .

1. Simulasi Pendapatan Petani berdasarkan Harga Dasar

1.1. Bagi Hasil 66 : 34

No.

Rendemen Gula/

Uraian

6

7

8

9

10

11

12

1

Produktivitas Tanaman (Ton/ha)

80

80

80

80

80

80

80

2

Produktivitas Gula(Rend : 6-12 %)

4,800

5,600

6,400

7,200

8,000

8,800

9,600

3

Harga Jual (Rp/kg dalam ribuan)

7

7

7

7

7

7

7

4

Pendapatan

24,576

28,272

31,968

35,664

39,360

43,056

46,752

5

Biaya /ha









Biaya Tanaman

25,000

25,000

25,000

25,000

25,000

25,000

25,000


Biaya Pengolahan

-

-

-

-

-

-

-


Biaya Umum

3,000

3,000

3,000

3,000

3,000

3,000

3,000


Total Biaya Produksi

28,000

28,000

28,000

28,000

28,000

28,000

28,000


Harga Pokok (Rp/kg)

5,833

5,000

4,375

3,889

3,500

3,182

2,917

6

Laba Kotor/ha

(3,424)

272

3,968

7,664

11,360

15,056

18,752

1.2. Bagi Hasil 70 : 30








No

Rendemen Gula/

Uraian

6

7

8

9

10

11

12

1

Produktivitas Tanaman (Ton/ha)

80

80

80

80

80

80

80

2

Produktivitas Gula(Rend : 6-12 %)

4,800

5,600

6,400

7,200

8,000

8,800

9,600

3

Harga Jual (Rp/kg dalam ribuan)

7

7

7

7

7

7

7

4

Pendapatan

25,920

29,840

33,760

37,680

41,600

45,520

49,440

5

Biaya /ha









Biaya Tanaman

25,000

25,000

25,000

25,000

25,000

25,000

25,000


Biaya Pengolahan

-

-

-

-

-

-

-


Biaya Umum

3,000

3,000

3,000

3,000

3,000

3,000

3,000


Total Biaya Produksi

28,000

28,000

28,000

28,000

28,000

28,000

28,000


Harga Pokok (Rp/kg)

5,833

5,000

4,375

3,889

3,500

3,182

2,917

6

Laba Kotor/ha

(2,080)

1,840

5,760

9,680

13,600

17,520

21,440

1.3. Bagi Hasil 75 :25

No

Rendemen Gula/

Uraian

6

7

8

9

10

11

12

1

Produktivitas Tanaman (Ton/ha)

80

80

80

80

80

80

80

2

Produktivitas Gula(Rend : 6-12 %)

4,800

5,600

6,400

7,200

8,000

8,800

9,600

3

Harga Jual (Rp/kg dalam ribuan)

7

7

7

7

7

7

7

4

Pendapatan

27,600

31,800

36,000

40,200

44,400

48,600

52,800

5

Biaya /ha









Biaya Tanaman

25,000

25,000

25,000

25,000

25,000

25,000

25,000


Biaya Pengolahan

-

-

-

-

-

-

-


Biaya Umum

3,000

3,000

3,000

3,000

3,000

3,000

3,000


Total Biaya Produksi

28,000

28,000

28,000

28,000

28,000

28,000

28,000


Harga Pokok (Rp/kg)

5,833

5,000

4,375

3,889

3,500

3,182

2,917

6

Laba Kotor/ha

(400)

3,800

8,000

12,200

16,400

20,600

24,800

1.4. Bagi Hasil 80 :20








No.

Rendemen Gula/

Uraian

6

7

8

9

10

11

12

1

Produktivitas Tanaman (Ton/ha)

80

80

80

80

80

80

80

2

Produktivitas Gula(Rend : 6-12 %)

4,800

5,600

6,400

7,200

8,000

8,800

9,600

3

Harga Jual (Rp/kg dalam ribuan)

7

7

7

7

7

7

7

4

Pendapatan

29,280

33,760

38,240

42,720

47,200

51,680

56,160

5

Biaya /ha









Biaya Tanaman

25,000

25,000

25,000

25,000

25,000

25,000

25,000


Biaya Pengolahan

-

-

-

-

-

-

-


Biaya Umum

3,000

3,000

3,000

3,000

3,000

3,000

3,000


Total Biaya Produksi

28,000

28,000

28,000

28,000

28,000

28,000

28,000


Harga Pokok (Rp/kg)

5,833

5,000

4,375

3,889

3,500

3,182

2,917

6

Laba Kotor/ha

1,280

5,760

10,240

14,720

19,200

23,680

28,160

Kesimpulan simulasi Pendapatan Petani pada tingkat harga gula Rp 7.000 dan berbagai komposisi Bagi Hasil buat petani adalah sebagai berikut :

1.5. Daftar Hasil Usaha Tani bagian Petani

% Bagi Hasil

6

7

8

9

10

11

12

66

(3,424)

272

3,968

7,664

11,360

15,056

18,752

70

(2,080)

1,840

5,760

9,680

13,600

17,520

21,440

75

(400)

3,800

8,000

12,200

16,400

20,600

24,800

80

1,280

5,760

10,240

14,720

19,200

23,680

28,160

Dari uraian diatas, pada komposisi bagi hasil seperti saat ini yakni 66 : 34 , rendemen 6 % saja belum menguntungkan, baru pada tingkat rendemen mencapai 7-8 % petani tidak merugi. Petani dapat menikmati sisa hasil usaha taninya pada tingkat rendemen diatas 9 %, suatu kondisi yang saat ini sulit dapat dicapai.

Pada tingkat bagi hasil 70 : 30, sampai rendemen 6 % petani masih merugi, baru pada rendemen 7-8 % petani tidak mengalami kerugian. Petani dapat menikmati sisa hasil usaha taninya secara lebih wajar pada tingkat rendemen diatas 9 %

Pada tingkat bagi hasil 75 : 25, sampai rendemen 6 % petani masih merugi, baru pada rendemen 7 % petani tidak mengalami kerugian. Petani dapat menikmati sisa hasil usaha taninya pada tingkat rendemen diatas 8 %.

Pada tingkat bagi hasil 80 : 20, sampai rendemen 6 -7 % petani tidak mengalamai kerugian, baru Petani dapat menikmati sisa hasil usaha taninya pada tingkat rendemen diatas 8 %.

Menariknya walau harga gula rendah pihak pabrik gula tidak mengalami kerugian. Bandingkan pendapatan petani yang menanam dan bekerja selama 12 bulan dan dengan pendapatan pabrik gula yang hanya mengolah tebu menjadi gula sebagai berikut :

Simulasi Pendapatan PG/ha

%

6

7

8

9

10

11

12

34

9,523

10,710

11,898

13,085

14,272

15,459

16,646

30

8,179

9,142

10,106

11,069

12,032

12,995

13,958

25

6,499

7,182

7,866

8,549

9,232

9,915

10,598

20

4,819

5,222

5,626

6,029

6,432

6,835

7,238

Dengan komposisi bagi hasil 34 % sampai 20 % untuk pabrik gula, ternyata pada saat petani merugi pihak pabrik untung nya cukup besar. Sampai komposisi bagi hasil 20 % pihak pabrik masih tetap untung, padahal petani masih merugi. Jika dilihat dari sisi pemilik pabrik gula, terlihat bahwa pada komposisi 80 : 20 pun ternyata pabrik gula masih mempunyai laba. Petani baru merasakan sisa hasil usahanya pada rendemen diatas atau sama dengan 9 %, hal ini juga sulit dicapai pada saat ini di Indonesia. Umumnya rendemen pabrik gula masih berkisar antara 5 -7 %, ada beberapa yang diatas 7 % bahkan 9 % namun tergolong sangat langka.

Dengan data simulasi ini sangat terbuka peluang untuk menghitung kembali berapa idealnya komposisi bagi hasil pengolahan tebu menjadi gula tersebut. Bagi hasil yang berkeadilan dan saling menguntungkan diperlukan agar kedua belah pihak sama-sama berkepentingan untuk mendapatkan hasil yang terbaik. Seandainya pihak pabrik berlega hati memperbaiki komposisi bagi hasil ini niscaya upaya swasembada gula akan lebih berarti. Ketidak efisienan di pabrik sudah selayaknya tidak lagi dibebankan kepada petani, tapi kepada manajemen perusahaan itu sendiri. Dengan demikian perbaikan komposisi ini akan mendorong pabrik gula akan bekerja lebih efisien.

PT Emha Training Center & Advisory Services bersedia membantu para petani maupun pabrik gula baik teknis maupun manajemennya, agar kemitraan antara petani Tebu Rakyat dan Pabrik Gula lebih setara dan saling menguntungkan. Jangan sampai petani rugi pabrik gula tetap untung atau sebaliknya, namun bagaimana caranya agar sama-sama untung.

Pandangan terhadap petani sebaiknya diperbaiki, kalau selama ini petani dibiarkan tetap miskin, sudah saatnya petani didorong menjadi kaya. Upaya swasembada gula perlu melibatkan petani secara aktif oleh karena itu berikan penghargaan yang lebih layak. Kecenderungan pemerintah lebih memperhatikan para pedagang dan importir dibandingkan petani, tidak heran jika impor gula selalu menjadi incaran semua pihak termasuk BUMN. Dalam berbagai kesempatan jika harga meningkat yang menikmatinya adalah pedagang dan importer. Keberpihakan pemerintah cq Kemeterian Perdagangan terhadap petani produsen tebu perlu ditingkatkan lebih tinggi dibandingkan terhadap pedagang atau importer, bukan sebaliknya.

Kesimpulan dari uraian diatas masih terbuka lebar perbaikan komposisi bagi hasil tebu rakyat dengan pabrik gula agar para petani benar-benar mendapatkan haknya yang lebih wajar.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar